Penulis: Luh Gde Ary Widayani, di review oleh Cintya Ayu Permatasari, S.Gz, RD

Anemia merupakan salah satu masalah kesehatan terutama pada remaja. Pola makan yang bergizi seimbang, selalu mengonsumsi makanan sumber zat besi yang beraneka ragam dan minum tablet tambah darah tiap minggu merupakan cara untuk mencegah dan menanggulangi anemia. Remaja yang bebas anemia tentunya akan menjadi remaja yang sehat, produktif, dan juga berprestasi.

Salah satu masalah kesehatan pada masyarakat adalah anemia. Remaja adalah kelompok usia yang rentan mengalami anemia karena kebutuhan gizi khususnya zat besi yang melebihi kebutuhan kelompok usia lainnya karena masa ini merupakan masa pertumbuhan dan juga terjadi peningkatan aktivitas fisik. Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 menunjukkan prevalensi anemia di Indonesia pada perempuan 15 tahun sebesar 22,7%. Perempuan mengalami kejadian anemia lebih tinggi (23,9%) dibandingkan  pada  laki-laki (18,4%).

Anemia atau yang biasa dikenal dengan kekurangan darah di masyarakat merupakan suatu kondisi tubuh dimana kadar hemoglobin (Hb) dalam darah lebih rendah dari normal (WHO, 2011). Batas normal kadar hemoglobin untuk perempuan usia 15 tahun adalah 12 g/dl (Kemenkes, 2016).  Hemoglobin adalah salah satu komponen yang menyusun sel darah merah/eritrosit yang berfungsi untuk mengikat oksigen dan menghantarkannya ke seluruh sel dan jaringan dalam tubuh untuk melakukan fungsinya. Biasanya gejala yang timbul apabila seseorang mengalami anemia yaitu tampak lelah, lemah, kulit pucat atau kekuningan, detak jantung tidak teratur, sesak napas, pusing, sakit dada, tangan dan kaki dingin, serta sakit kepala. 

Masalah anemia dapat terjadi karena berbagai faktor, salah satunya kurangnya asupan zat besi. Remaja putri dengan asupan zat besi yang tidak tercukupi cenderung lebih banyak mengarah dengan kejadian anemia (Jaelani, Simanjuntak, & Yuliantini, 2017). Menurut (Kemenkes, 2016) di Indonesia diperkirakan sebagian besar anemia terjadi karena kekurangan zat besi akibat dari kurangnya asupan makanan sumber zat besi khususnya sumber pangan hewani. Menurut angka kecukupan gizi (AKG) Indonesia tahun 2019, kebutuhan zat besi yang dianjurkan untuk perempuan usia 13-18 tahun adalah 15 mg dan usia 19-49 tahun adalah 18 mg. 

Remaja putri mudah mengalami anemia karena selalu mengalami menstruasi setiap bulannya yang akan kehilangan darah, sehingga membutuhkan zat gizi besi lebih banyak dari biasanya. Selain itu, masa remaja memasuki masa pubertas tentunya kebutuhan zat gizi juga lebih meningkat untuk masa pertumbuhan. Remaja putri juga seringkali melakukan diet yang keliru untuk menurunkan berat badan, salah satu diantaranya mengurangi asupan protein hewani yang dibutuhkan oleh tubuh untuk pembentukan hemoglobin dalam darah. Hasil penelitian dari (Antono, Setyarini, & Mar’ah, 2020) menyatakan bahwa pola makan yang kurang baik dapat menyebabkan terjadinya anemia pada remaja. 

Anemia dapat menyebabkan berbagai dampak buruk bagi kesehatan, diantaranya menurunkan daya tahan tubuh karena seorang yang mengalami anemia mudah mengalami penyakit infeksi, menurunnya tingkat kebugaran tubuh dan ketangkasan berpikir karena kurangnya suplai oksigen terutama suplai ke sel otot dan juga otak, yang akan berdampak pada menurunnya prestasi belajar dan produktivitas kerja.

Seorang remaja tentu nantinya akan menjadi calon ibu. Apabila anemia tersebut masih dialami sampai memasuki masa kehamilan tentu akan berdampak tidak baik bagi ibu dan janin yang dikandungnya. Masalah yang akan timbul diantaranya: meningkatkan risiko pertumbuhan janin terhambat, melahirkan bayi yang prematur dan berat badan lahir rendah (BBLR), serta gangguan tumbuh kembang anak diantaranya stunting (Kemenkes, 2016). Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat kekurangan gizi kronis terutama pada 1.000 hari pertama kehidupan (HPK) dimana anak balita memiliki panjang atau tinggi badan yang kurang jika dibandingkan dengan umur (Kemenkes, 2018). 

Berbagai dampak yang ditimbulkan dari anemia pada remaja putri, maka dari itu perlu upaya pencegahan dan penanggulangan anemia. Upaya yang dilakukan diantaranya meningkatkan asupan makanan sumber zat besi dengan pola makan yang bergizi seimbang. Pola makan yang bergizi seimbang terdiri dari sumber karbohidrat, sumber protein hewani dan nabati, serta vitamin dan mineral yang berasal dari sayur dan buah-buahan. 

Konsumsi makanan sehari-hari untuk mencegah anemia tentunya harus beraneka ragam dalam jumlah yang cukup sesuai dengan angka kecukupan gizi. Sumber utama zat besi adalah pangan hewani. Sebanyak 20-30% zat besi dari pangan hewani dapat diserap oleh tubuh. Pangan nabati (tumbuh-tumbuhan) juga mengandung zat besi, namun kemampuan tubuh menyerap zat besi pangan nabati lebih kecil dari pangan hewani yaitu hanya 1-10%. Makanan yang kaya sumber zat besi dari hewani contohnya hati, ikan, daging dan unggas, sedangkan dari nabati yaitu sayuran berwarna hijau tua, seperti: bayam, kangkung, brokoli, dan lain-lain serta kacang-kacangan dan hasil olahannya, seperti: tempe dan tahu. 

Pada saat asupan zat besi yang bersumber dari makanan tidak mencukupi dalam tubuh, maka diperlukan suplementasi zat besi. Sumplementasi Tablet Tambah Darah (TTD) merupakan program pemerintah untuk memenuhi asupan zat besi bagi remaja putri yang dikonsumsi satu tablet tiap minggu.

Untuk meningkatkan penyerapan zat besi ke dalam tubuh, maka perlu mengonsumsi makanan sumber vitamin C, seperti jeruk, jambu biji, pepaya, mangga, dan lain-lain, serta hindari konsumsi bahan makanan yang menghambat penyerapan zat besi, seperti: kopi dan teh karena mengandung senyawa tanin yang apabila dikonsumsi bersamaan dengan makanan sumber zat besi dapat mengikat zat besi menjadi senyawa kompleks, sehingga zat besi tidak dapat diserap dalam tubuh. Apabila ingin mengonsumsi makanan yang dapat menghambat penyerapan zat besi, hendaknya diberi jangka waktu yaitu dua jam sebelum atau sesudah mengonsumsi tablet tambah darah dan makanan sumber zat besi. 

Anemia merupakan masalah kesehatan yang harus dicegah dan ditanggulangi, melalui peran aktif dari remaja putri. Terapkan asupan gizi seimbang, konsumsi sumber makanan tinggi zat besi dan tidak lupa mengonsumsi tablet tambah darah tiap minggunya guna mencegah anemia dan menghasilkan remaja yang sehat, produktif dan berprestasi dalam menciptakan karya yang inovatif.

Daftar Pustaka:

  • Antono, S. D., Setyarini, A. I., & Mar’ah, M. (2020). Pola Makan pada Remaja Berhubungan dengan Kejadian Anemia pada Siswi kelas VII. Jurnal Ilmiah STIKES Kendal, 223-232.
  • Jaelani, M., Simanjuntak, B. Y., & Yuliantini, E. (2017). Faktor Risiko yang Berhubungan dengan Kejadian Anemia pada Remaja Putri. Jurnal Kesehatan, 358-368.
  • Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.  (2013). Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar Indonesia Tahun 2013. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen RI.
  • Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2016). Pedoman Pencegahan Anemia pada Remaja Putri dan Wanita Usia Subur (WUS). Jakarta: Direktorat Gizi Masyarakat, Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat, Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 
  • Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2018). Situasi Balita Pendek (Stunting) di Indonesia: Pusat Data dan Informasi. Jakarta.  
  • Mayoclinic. (2019). Anemia. https://www.mayoclinic.org. (Diakses tanggal 27 Juli 2020).
  • Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 28 tahun 2019 tentang Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan untuk Masyarakat Indonesia.

Tentang Penulis:

Luh Gde Ary Widayani

Mahasiswa Gizi Politeknik Kesehatan Kemenkes Denpasar

#

No responses yet

Leave a Reply

Your email address will not be published.